Presiden dan Wakil Presiden BEM Unair 2019 (dokumen resmi unair.news)

Reshuffle menteri kabinet BEM Universitas Airlangga periode kepengurusan 2019 menyita perhatian mahasiswa sejak pertama kali dipublikasikan di akun instagram @bemunair_id pada Rabu (5/8).

Dalam Surat Keputusan Ketua BEM Unair Nomor: 01/SK/BEM-UNAIR/2020, bahwa dasar pertimbangan adanya reshuffle menteri adalah demi tanggungjawab menuntaskan tugas organisasi secara lebih efektif dan maksimal di tengah pandemi Covid-19. 

Terlebih tidak semua menteri direshuffle dan alasan pemberhentiannya juga tidak ditransparansikan. Apakah para menteri ini telah lulus? atau kinerja mereka buruk? atau ada polemik di internal BEM Unair sendiri. Pertanyaan maupun isu-isu tersebut kemudian ditujukan kepada Ketua BEM Unair, Agung Tri Putra.

Tanggapan Ketua BEM Unair

Agung Tri Putra, selaku Ketua BEM Unair dalam wawancara daring dengan Mercusuar pada Minggu (9/8) mengungkapkan bahwa salah satu faktor terpenting adanya reshuffle adalah banyaknya menteri yang telah lulus atau sedang menempuh yudisium. “Sebenarnya secara program dan masa kepengurusan sudah lewat jauh, masih juga belum ada penggantinya, sedangkan dalam masa seperti ini kami punya beban moral untuk terus melakukan advokasi dengan dibantu para relawan. Ini salah satu alasan terpenting kenapa harus ada reshuffle menteri,” ujarnya.

“Setiap menteri di BEM Unair 2019, saya dan wakil tanyakan untuk terus lanjut atau tidak, kami tidak bisa memaksa semuanya lanjut. Semua menteri yang direshuffle bersifat terhormat dan telah melakukan amanahnya dengan baik dalam setahun kepengurusan,” tambah Agung.

Mencuatnya Isu 2 Periode

Sejak BEM Unair mempublikasikan terkait reshuffle menteri dan open recruitment, muncul gelombang mahasiswa yang mempertanyakan akankah momentum ini dijadikan sebagai sarana untuk status quo di periode kepengurusan selanjutnya. Hal ini dipicu karena periode kepengurusan BEM Unair 2019 telah lama berakhir. 

Merespon adanya isu tersebut, Agung membantah karena menurutnya BEM Unair hanya menyelenggarakan reshuffle menteri bukan pembentukan kabinet baru. “Tidak ada yang ingin 2 periode, kami di sini juga ingin segera menuntaskan kepengurusan. Tapi kami juga sudah memutuskan tidak ingin adanya kekosongan, terlebih dalam masa-masa sulit dengan pandemi Covid-19 ini. Selama masih ada yang bisa kami lakukan akan kami kerjakan”.

Agung juga menjelaskan terkait lama waktu jabatan menteri nanti hingga sampai adanya sidang pemilihan ketua BEM Unair yang baru. Selain itu, ketika ditanya perihal waktu pelaksanaan LPJ Publik BEM Unair, Agung menjawab sejauh ini masih terkendala. Kendati demikian, berkas LPJ sudah disiapkan sejak jauh hari. “Hanya saja terkait kapan pastinya pelaksanaan LPJ publik tentu kami menunggu MPM selaku penyelenggara karena hingga detik ini belum ada komunikasi mengenai hal itu”.

Di waktu yang sama tim Mercusuar menghubungi Dewi selaku Ketua MPM Unair terkait reshuffle menteri BEM Unair. Merespon mengenai reshuffle menteri dan LPJ Publik, Dewi mengungkapkan bahwa rencana tersebut masih dirundingkan di internal MPM. “Nanti apabila ada kabar terbaru akan ada pemberitahuan entah lewat instagram MPM atau media lainnya,” ujarnya.

Penulis: M. Fakhri Sajidan
Editor: Annisa Fitriani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WordPress › Galat

Ada eror serius pada situs web Anda.

Pelajari lebih lanjut tentang pemecahan masalah di WordPress.