Selaras janji-janji berkepal jari
Berteriak mengais keadilan hidup petani
Diatas bentala bersorak
Dibawah dirgantara sok bagak
Sebenarnya ini birokasi atau pembual aksi agitasi ?
Teriak, terisak, terpecah, terambang, teramat panjang jalan menuju surga yang usang
Bayi-bayi menjadi raja atas jabatan kekosongan kursi
Meninggi diri atas kebijakan aliansi
Menjelma mati pada rakyat tak punya bupati
Atau menjadi barua yang tengah mencari duniawi
Nyatanya hanya budak koalisi
Harta benda, binasa, tak punya putri, jadi ilusi saat berada dijeruji besi
Mengapa tidak berteman sunyi ?
Sedang puan bisa berambisi diatas jati diri
Beradaptasi dengan imajinasi
Bercumbu dibawah pokok akurasi
Berpeluk mesra disamping ilmu tuli
Atau berlari mengelilingi dedikasi—apresiasi
Puan,
Dari balik lapak yang kau kira rumah
Peneduh lara yang kau anggap absah
Tempat pulang untuk kau datang
Menapak agar dirimu dapat terbang
Bersua untuk rasamu yang merana
Bersemayam untuk tutur bisu yang bungkam
Tuan dan nona, yang berkelana menjadi dewasa dalam kedunguan, bukan menjadi pelayan atas tanah-tanah keadilan penguasa jabatan—mendadak mati dikoyak kaderisasi.
Amunisi basi !
Penulis : Mirna Tiara Sari
Editor : Balqis Primasari