(Sumber Gambar: CNN Indonesia)

Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga, Dr. Windhu Purnomo, dr., MS. mengatakan kecepatan pelaksanaan program vaksinasi menjadi poin penting dalam mencapai herd immunity (kekebalan kelompok).

Jumlah penduduk yang sudah divaksinasi secara lengkap 2 dosis masih berkisar 2.221.200 jiwa, yang artinya diperkirakan hanya 1,2% dari target sasaran. Kondisi ini dinilai perlu menjadi perhatian pemerintah, apalagi dengan munculnya varian baru Virus Covid-19 akibat adanya mutasi.

Hal itu dipaparkannya dalam webinar bertajuk “Mutasi Covid-19 dan Dampaknya Terhadap Pelaksanaan Vaksinasi Massal dan Mandiri” yang diadakan oleh Kementrian Analisis Isu Strategis BEM Unair pada Minggu (21/03).

“Berdasarkan tingkat penularan Covid-19 saat ini yakni 3,8. Artinya kita harus mampu memvaksinasi 70% penduduk agar herd immunity atau kekebalan kelompok dapat tercapai. Sehingga orang yang tidak tervaksinasi pun dapat ikut terlindungi,” ujarnya.

Namun, tingkat penularan Covid-19 akan terus berubah sejalan dengan adanya mutasi virus yang membentuk varian baru.

“Munculnya varian baru seperti B117 dari inggris yang dikatakan 70% lebih menular menyebabkan tingkat penularan akan menjadi lebih besar yakni 6,5. Sehingga untuk mencapai herd immunity diperlukan vaksinasi terhadap 85% penduduk. Tidak cukup hanya dengan 70% saja,“ jelas Dr. Windhu.

Varian baru virus itu menyebabkan program vaksinasi akan semakin sulit mengendalikan penularan, karena jumlah yang harus divaksin semakin meningkat, kendati masih banyaknya hambatan dalam pengadaan dan pendistribusian vaksin.

Dr. Windhu menegaskan, agar varian baru Virus Covid-19 tidak merebak, maka diperlukan penguatan testing dan tracing, serta pelaksanaan genomic epidemiological surveillance yang dalam penerapannya, memerlukan pembiayaan dan sistem yang teratur dari pemerintah pusat.

Tak hanya itu, peran serta masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan juga menjadi poin yang penting.

Namun, menanggapi efektivitas vaksin dalam melawan mutasi Virus Covid-19, Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si selaku Koordinator Penelitian Covid-19 di Unair menjelaskan bahwa vaksin yang tersedia saat ini masih mampu melawan varian baru.

“Hingga saat ini, vaksin yang ada masih efektif dalam menoleransi mutasi. Namun jika terjadi mutasi lagi ke depan, kami tidak tahu. Karena akan sangat tergantung pada terjadinya lokasi mutasi. Sayangnya kita tidak dapat menebak di lokasi yang mana virus akan bermutasi. Karena itu terjadi secara alami oleh virus untuk mempertahankan dirinya, ” imbuh Prof. Nyoman.


Penulis: Tina Sekar Sari
Editor: Risma D.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WordPress › Galat

Ada eror serius pada situs web Anda.

Pelajari lebih lanjut tentang pemecahan masalah di WordPress.