Sumber: Pinterest
Oleh: Adnan Guntur, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia 2017
Melalui lubang kaca aku merayap, menggugurkan daun, membaca kemalangan dalam genggaman asap kendaraan, kau menutup mata, menenggelamkan kantuk dari noktah lampu-lampu, mendegup-mempersoalkan kegamangan
manusia-manusia semakin mengecil dihela duka tangisanku, bangkit dari neraka terdekat, sekantong gigi, kautuang pada telinga jenazahmu, menggelembung sakratulkan tudung gelapku
kesedihan dan catatan dosa, mungkin ‘kan luruh terbawa angin, disesaki sesosok kupu-kupu, memenuhi titik tertentu bagi kesendirianku dahulu
mimpiku yang bayi meringkuk, menolak meliuk-liuk sebagai isyarat hasrat mantel bulu bilahmu, termenung dalam garis tangan dipahatan lahan yang gersang mengindrai sumur hatimu
menghapus punggungku, kebisuan meruncing tajam dalam gerak sebagai adzan terakhir, seperti jendela yang memakan lahap cerita-cerita ganjil
2020