Credit: Retno Intan Avina

Oleh: Retno Intan Avina

Teruntuk : 
Kedua makhluk titisan Adam dan Hawa

Enggan mengatakan, mengucapkan
Saat itu sampai saat ini, masih berantakan.
Porak-poranda!
Belum sempat terbenahkan.
Begitu gaduh, gaduh dan amat gaduh.
Ingin saja,
Pelabuhan mengaduh.
Tidak usah khawatir, cemas akan perginya kapal
Pula makhluk-makhluk di dalamnya.
Karena tidak perlu disangkal, 
Pasti semua pada akhirnya akan tetap berlabuh.

Teruntuk kedua makhluk titisan Adam dan Hawa.
Terima kasih telah membuat bernyawa.
Hingga raga bisa tertawa pura-pura.
Untuk sementara, 
Anakmu ini masih tersesat di hutan belantara, 
Akibat ulah manusiawinya.

Lepasnya laut, pula terputusnya daratan.
Serta merta kapal yang enggan berpulang
Tak terlepas dengan ketakutan akan
Ketidak-terlaksananya harapan.

Pelabuhan ialah saksi mata, tapi mengelak.
Kicauan burung dibarengi dengan desiran ombak, 
Pedagang asongan, kendaraan-kendaraan, bahkan kebejatan.
Pelabuhan sebenarnya terbelalak, tapi tetap membungkam penyaksian.
Dengan menghadap kiblat dari kediaman.
Yang sepertinya resah menahan untuk terdiam.

“Nanti kalau sudah lelah, kembalilah”
Kata-kata yang semakin membuat raga ingin menyerah.
Dan dengan tak tahu diri langsung menengadah.
Kegelisahan, keresahan.
Takut akan asa yang dinantikan, tak kunjung datang.
Takut pula akan ribuan harapan, 
Melayang tanpa meninggalkan pesan.

–Seberang barat selat, 2019.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WordPress › Galat

Ada eror serius pada situs web Anda.

Pelajari lebih lanjut tentang pemecahan masalah di WordPress.