ilustrasi (sumber: pixabay)

Reporter: Iqbal Yanuar Ramadhan, M Faisal Javier Anwar
Editor: Dasa Feby

Beberapa waktu lalu, publik sempat dihebohkan dengan kontroversi revenge porn yang dilakukan oleh salah seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga berinisial ABA. Mengutip infografis BEM FISIP Unair yang menjelaskan kronologi kasus tersebut, ABA berpura-pura melelang sebuah CD yang berisikan foto-foto pribadi kekasihnya melalui fitur instastory akun Instagramnya. Kemudian melalui fitur siaran langsung Instagram, ABA berkilah bahwa apa yang telah ia lakukan hanyalah prank. Namun tidak terelakkan perilaku ABA tersebut menimbulkan kemarahan luas dari publik, bahkan beberapa pihak melalui pesan media sosial menuntut LPM Mercusuar agar segera mengusut kasus tersebut.

sumber: dokumentasi BEM FISIP Unair

Kasus ABA tidak diragukan lagi membangkitkan memori publik terhadap gunung es permasalahan kasus kekerasan seksual di Indonesia, apalagi setelah kasus Agni di UGM berakhir dengan penyelesaian non-litigasi (Rektor UGM menyebut penyelesaian kasus dengan kekeluargaan).  

Unair sendiri bukannya bersih dari kasus pelecehan seksual yang terungkap secara luas. Pada April 2017, Wakil Dekan III FKG I Ketut Suardita ditahan polisi setelah melakukan pencabulan terhadap bocah di bawah umur di sebuah pusat kebugaran di Galaxy Mall. Berbeda dengan kasus Agni yang berlarut-larut, Unair mengambil langkah cepat atas kasus Suardita dengan langsung memberhentikan Suardita dari jabatannya. 

LPM Mercusuar pun menemui pihak FEB untuk menanyakan sejauh mana keseriusan mereka untuk menuntaskan kasus yang melibatkan mahasiswanya pada Senin (18/2). Saat LPM Mercusuar berusaha menemui Dekan FEB Prof. Dr. Dian Agustia, resepsionis mengatakan Dekan tidak bersedia diwawancara. “Mohon maaf, Mas. Ibunya (Dekan) belum berkenan untuk bertemu untuk berbicara terkait masalah yang mas mau tanyakan. Untuk sementara Mas bisa ke Mbak Icha saja dari Humas (FEB) untuk interview terkait masalah tersebut,” ujar resepsionis ruangan Dekanat FEB.

Sesuai arahan resepsionis, maka LPM Mercusuar pun menemui Humas FEB untuk mengetahui sejauh mana langkah fakultas dalam menyelesaikan kasus ABA. Kami pun ditemui Icha, staf Humas FEB yang disebut oleh resepsionis. Ia mengaku belum mengetahui kasus tersebut. “Saya gak tahu ada masalah kayak gitu. Biasanya kalau ada masalah yang menyangkut sama mahasiswa saya dikasih tahu. Tapi gak ada tuh yang ngasih tahu itu ke saya,” tuturnya.

Icha pun meminta tautan berita kasus tersebut yang dimuat oleh media-media lainnya untuk dipelajari. Namun ia kemudian meninggalkan ruangan dengan alasan berbicara dengan Dekan tanpa meninggalkan pesan bagi LPM Mercusuar.

Tidak mendapat kejelasan, LPM Mercusuar pun kemudian menemui Kaprodi Manajemen FEB Dr. Praptini Yulianti. Beliau mengaku bahwa telah mengetahui kasus yang dilakukan oleh mahasiswanya, namun memilih merahasiakan langkah yang telah diambil. “Saya sudah mengetahui hal tersebut dan sudah dibahas pula di rapat pimpinan. Tapi, untuk lebih lanjutnya silahkan tanya ke Bu Dian ( Dekan FEB ) agar informasi datang dari satu pintu saja,” pintanya.

ABA sendiri telah meminta maaf melalui fitur instastory akun Instagram atas perilakunya yang telah memancing kemarahan publik tersebut. ” Aku minta maaf kepada kalian kalau misalnya… tapi aku emang salah sih menakut-nakutin dia itu udah salah. Oke?,” sesalnya atas perbuatan yang ia telah lakukan.

ABA memang telah menyesali perbuatannya tersebut dan meminta maaf ke publik. Namun tentu, menghadirkan keadilan bagi korban tidak sekadar cukup berhenti pada permintaan maaf semata. Apalagi perbuatan ABA menjadi gambaran rendahnya kesadaran akan bahaya perilaku yang menjurus pada kekerasan seksual.

Kini kasus ABA menjadi alarm untuk konsistensi Unair yang memiliki slogan excellence with morality dalam menuntaskan permasalahan kekerasan seksual. Keseriusan Unair dalam mewujudkan kampus bebas kekerasan seksual seharusnya tidak hanya berhenti pada pemberian hukuman. Namun, dibutuhkan pula edukasi pentingnya pemahaman isu-isu gender untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kasus serupa di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WordPress › Galat

Ada eror serius pada situs web Anda.

Pelajari lebih lanjut tentang pemecahan masalah di WordPress.